Dilema Pengelolaan Kawasan Karst ; Antara Konservasi dan Eksloitasi
<p>Bandung- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali menyelenggarakan Diskusi Geologi Sumber Daya (Digdaya) seri ke-6 bertajuk&nbsp;Wonderful Karst, Geodiversity, Geoheritage, and Human Life.</p><p>Kegiatan yang berlangsung pada kamis (3/9/2024) itu, dihadiri oleh beberapa narasumber salah satunya adalah Ketua Jaringan Geopark Nasional (JGI) Farid Zaini. Dalam sesi diskusi tersebut, Farid menyampaikan bagaimana masa depan pengembangan kawasan karst di Indonesia.</p><p>Air di kawasan karst secara perlahan membentuk bentangan karst yang bernilai tinggi, indah, dan patut dinikmati oleh umat manusia. Kawasan karst menyimpan potensi luar biasa. Selain sumber daya air, mineral, dan keindahan goa serta bentang alamnya, kawasan ini juga memiliki flora dan fauna yang unik.</p><p>“Peninggalan arkeologis dan paleontologis yang berharga, seperti lukisan dinding, memberikan daya tarik tersendiri. Terutama dalam memahami sejarah bumi dan awal kehidupan, ini menjadi semangat bagi kehidupan kita,” terang Farid.</p><p>Tetapi dibalik potensi besar pengembangan kawasan karst tersebut terdapat dilema antara upaya pengembangan dan konservasi.</p><p>“Namun, di balik potensi besar tersebut ada dilema dalam pengelolaan kawasan karst, yaitu pertentangan antara konservasi dan eksploitasi,” ujar Farid.</p><p>Ia berharap upaya untuk menegmbangkan potensi yang dimiliki kawasan karst tersebut tidak merusak ekosistem serta mempertimbangkan keberlanjutan kawasan serta dampak lingkungan.&nbsp;</p><p>Lebih lanjut ia juga menjelaskan dalam konteks pembangunan eksploitasi sering menjadi pilihan utama, ketika berbicara mengenai keuntungan langsung.</p><p>“Seperti dalam industri semen, sekitar 70-80% mengandalkan batu gamping sebagai bahan bakunya. Kesadaran akan pentingnya lingkungan dan pembangunan berkelanjutan telah menggeser paradigma tersebut,” tegas Farid.</p><p>Farid juga menyampaikan, kawasan karst dikenal sebagai kawasan yang kering di permukaan, terutama saat musim kemarau. Namun, terdapat sungai bawah tanah yang mengalir dan menjadi sumber air bagi masyarakat sekitar.&nbsp;</p><p>“Penting bagi kita untuk memahami dan mengelola sumber daya air secara berkelanjutan. Apakah sumber daya air cukup untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang, bagaimana fluktuasi ketersediaan air antara musim hujan dan kemarau. Inilah pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab melalui penelitian lebih lanjut,” kata Farid.</p><p>Dirinya berpesan, kawasan karst merupakan sumber daya andal bagi kehidupan manusia. Terutama di pulau-pulau padat penduduk seperti Jawa, yang kini mengalami kekeringan di beberapa daerah.&nbsp;&nbsp;</p>
1800 Karakter Tersisa