Kenalan dengan Geopark Maros-Pangkep, Kompleks Bebatuan Kapur yang Mirip Menara
<p>Geopark Maros-Pangkep di Kelurahan Leang Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, <a href="https://www.merdeka.com/tag/geopark-maros-pangkep"><strong>Sulawesi Selatan</strong></a> jadi salah satu taman geologi dunia yang diakui UNESCO sebagai Global Geopark Network 2023.</p><p>Satu kekhasan di sini adalah kompleks bebatuan kapurnya yang berderet dan menjulang tinggi menyerupai menara. Letaknya berada di tengah-tengah sawah dan sungai, sekaligus sebagai tempat hidup hewan aneka flora dan fauna di sana.</p><p>Menurut cerita, kawasan ini dahulunya merupakan lautan. Struktur karst yang tumbuh adalah bagian dasarnya dan serupa dengan terumbu karang yang kemudian berproses secara alami sehingga menjadi sebuah daratan.</p><p>Pengunjung juga akan disuguhkan dengan kearifan lokal khas setempat, melalui desa wisata Rammang-Rammang yang eksotis.</p><p><strong>Menyusuri Sungai Menikmati Keindahan Gugusan Karst Menjulang</strong></p><p>Saat pertama menginjakkan kaki di Geopark Maros-Pangkep, pengunjung langsung diajak melihat secara dekat bagaimana wajah taman bumi yang terbentuk secara alami.</p><p>Salah satu andalannya adalah menggunakan transportasi perahu mesin kecil, untuk melalui rute Sungai Pute dengan panjang total sekitar 211 km persegi.</p><figure class="image"><img style="aspect-ratio:6000/4000;" src="https://geoparksnetwork.id/storage/uploads/Maros Pangkep Geopark_Geosite Rammang rammang estuarian karst_image 7_ credit foto Kimung_1730158517.jpg" width="6000" height="4000"></figure><p>Mengutip situs geoparkmarospangkep.id, sungai ini merupakan rute transportasi andalan masyarakat lantaran kawasan geopark dan perkampungan dikelilingi sungai. Warga pun banyak yang hidup dari hasil tangkapan dan pertanian di sana.</p><p><strong>Melihat Ribuan Kelelawar Bermigrasi</strong></p><p>Selain menyaksikan keindahan deretan bukit karst dari atas Sungai Pute, pengunjung juga akan disuguhkan aktivitas ribuan kelelawar yang bermigrasi setiap harinya.</p><p>Mengutip YouTube Kemenparekraf, ribuan kelelawar ini biasanya keluar gua pada petang hari dan kembali lagi keesokan harinya sekitar pukul 07:00 WITA.</p><p>Di sana juga terdapat momen tak terduga, yakni terjadinya rantai makanan antara burung elang dan kelelawar yang tengah berterbangan. Pemandangan ini jadi daya tarik yang tak boleh dilewatkan saat berwisata ke sini.</p><p><strong>Menyaksikan Lukisan Tangan Purba di Gua Karst</strong></p><p>Menyusuri lebih dalam lagi, masih terdapat keajaiban yang disuguhkan di Geopark Maros-Pangkep yakni lukisan tangan dari manusia purba. Kemudian ada juga lukisan hewan menyerupai babi, yang diperkirakan sebagai hasil buruan di zaman itu.</p><p>Jejak-jejaknya bisa disaksikan secara jelas di gua Leang Pettae dan tersebar di beberapa titik yang masih dalam satu kawasan.</p><p>Menurut para arkeologi, jika dilihat dari bentuknya yang cukup kecil diduga lukisan ini berasal dari anak-anak di zaman purba jutaan tahun silam.</p><figure class="image"><img style="aspect-ratio:1600/1062;" src="https://geoparksnetwork.id/storage/uploads/Maros Pangkep Geopark _Rock Art in Leang Sumpang Bita archaeological park_image 5_credit foto Ahmad Abdu_1730158709.jpeg" width="1600" height="1062"></figure><p><strong>Menjelajahi Kerajaan Kupu-Kupu</strong></p><p>Tak jauh dari lokasi karst, terdapat tempat lainnya yak menarik yakni Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Tempat ini biasa dikenal sebagai kerajaan kupu-kupu, karena ditangkarkan berbagai jenis hewan cantik tersebut.</p><p>Kupu-kupu yang khas dan bisa disaksikan di antaranya Appias Nero yang memiliki warna kuning kemerahan serta Graphium Milon.</p><p>“Jadi kalau spesies kupu-kupu Graphium ini dia sukanya memang di pasir. Nah kalau yang biasa di bunga-bunga itu jenisnya Pappilio. Jadi tidak semua kupu-kupu senang hinggap di bunga,” kata Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia Kabupaten Maros, Risman.</p><p><strong>Ada Kadal Purba</strong></p><p>Masih di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, terdapat hewan endemik khas Sulawesi bernama Soa-Soa. Rupanya hewan ini sejenis kadal purba, dengan warna hitam pekat dan putih di perutnya.</p><p>Sehari-hari, hewan ini biasa ditemukan di sekitaran sungai. Itu karena, Soa-Soa biasa memangsa ikan-ikan kecil serta serangga yang hinggap di atas air sungai.</p><p>“Ini nama latinnya Hydrosaurus Celebensis, ini sudah hampir punah ya dan termasuk hewan purba,” kata Risman.</p><p><strong>Jadi Kawasan Karst Terbesar dan Terindah Kedua di Dunia</strong></p><p>Merujuk situs ksdae.menlhk.go.id, kawasan karst di Geopark Maros-Pangkep telah dikenal sebagai daerah karst terbesar dan terindah kedua di dunia setelah di China Selatan yang memiliki luas ±46.200 ha.</p><p>Total luas kawasan karst Maros-Pangkep adalah ±22.800 ha KKMP termasuk dalam kawasan Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung. Keindahan ini juga membuat geopark ini dikenal dunia, bahkan sejak zaman penjajahan Belanda.</p><figure class="image"><img></figure><p>Seorang Alfred Russel Wallace yang merupakan seorang naturalis sekaligus penjelajah, geografer, antropolog, biolog, dan ilustrator berkebangsaan Inggris bahkan menuangkan kekagumannya terhadap karst Maros-Pangkep lewat sebuah tulisan di tahun 1869.</p><p>"Ngarai, jurang, dan tebing di sini berlimpah, aku tidak melihatnya di tempat lain di Nusantara. Permukaan miring hampir tidak dapat ditemukan di mana saja, dinding besar dan massa kasar batu mengakhiri semua gunung dan melingkungi lembah. Di banyak bagian ada tebing vertikal atau bahkan menjorok lima atau enam ratus meter tingginya, namun dibungkus rapat-rapat dengan permadani vegetasi,” kata ilmuwan yang mencetuskan teori evolusi lewat seleksi alam itu.</p><p>Ini jadi bukti bahwa Indonesia kaya akan fenomena geologi yang indah dan mengagumkan sehingga perlu dirawat.</p>